Capek…

Mungkin minggu ini minggu yang paling membingungkan. Seminggu yang lalu saya iseng ngukur tensi pas di Puskesmas Klaten Selatan. Sama mbak perawat diukur, eh di omeli.. “Lho mas tinggi banget, 140-90, istirahat dulu…”. Gawat, alamat gak bisa nyate kambing nih hehe..

Mengikuti saran itu, saya pun lebih banyak istirahat. Memang belakangan ini saya sering melek sampai malam, mbenerin Simpus, nungguin bapak, dan nonton tipi. Tiga hari kemudian, sambil nganter ibu ke pustu di kampung, iseng minta tensi sama pak Mantri. Eh, dah turun, 120-80. Lumayan… Pak Mantri bilang,”Wis sana nyate kalau dah pingin”.

Rabu kemarin, ke Puskesmas Jatinom mbenerin Simpus yang komputernya habis rusak, kembali saya iseng minta tensi sama bu Perawat. Eh ladalah (boso opo iki …) lha kok turunnya tensi kebablasan. Beliau heran waktu bilang, “Kok rendah banget mas Jojok, 90-60”. Waduhhhhhh… seumur-umur saya belum pernah mencapai rekor penurunan tensi seperti itu. Ketika di interogasi lebih lanjut, akhirnya beliau cuma menyarankan untuk istirahat lagi. Tidak lupa saran untuk maem sate kambing tentunya hehe..

Jumat ini, kembali saya ke puskesmas membenahi kode tarif di Danurejan II. Perasaan capek dan ngantuk dari rumah, saya kembali minta di tensi, ealahhhh.. masih bertahan dengan 90-60, padahal malam kemarin saya dah nyari tongseng kambing. Pagi tadi mau berangkat juga maem sate kambing.

Heran.. naik ketinggian mikir, turun kebablasan juga susah nggenjotnya naik…sepertinya saya harus lebih rajin lagi tidur siang.

Mbak, Mas, Pak Dokter, Bu Dokter, para Co Ass, adakah saran buat saya ???

Tambahan cerita :

Sabtu, 28 Februari, di Dinkes Magelang di tensi sama Pak Udin, staf DKK. Sudah agak beruntung naik 100-70, plus dikasih tau kalau anemia.. Masak sih body semontok gini bisa anemia ??

Gimana kalau … ?

Pertanyaan yang standar, biasa, dan bahkan kadang-kadang juga sepele, tapi dampaknya luar biasa terhadap implementasi Simpus. Pertanyaan ini sering saya dapat, baik dalam pelatihan maupun dalam presentasi-presentasi. Dari level operator puskesmas di loket, sampai level pejabat di pusat, seperti yang ditanyakan dr. Bambang dari Binkesmas, minggu kemarin dalam seminar di Simkes. “Kalau listrik mati gimana dengan Simpus anda?”.

Baca lebih lanjut

Obrolan singkat dengan Pak Pujo…

Kesempatan yang lama saya tunggu untuk ngobrol dengan Pak Pujo, yang dulu menjadi Kadinkes Ngawi, akhirnya terwujud juga. Sungguh senang mengetahui beliau termasuk yang diundang untuk menyampaikan materi di seminar yang diadakan Pak Anis Fuad, dari Simkes UGM. Sudah lama saya ingin ngobrol dengan beliau, untuk sekedar bertegur sapa dan sedikit belajar tentang jurus-jurus sukses beliau membawa Ngawi menjadi salah satu ikon SIK Nasional disamping Purworejo. Ketika Rakontek Simpus tahun 2005, saya baru sempat ngobrol dengan pak Sururi, (waktu itu) Kadinkes Purworejo. Saya ingat waktu itu, Pak Sururi bercerita langkah-langkah ‘gila’ beliau untuk mengembangkan Purworejo. Pak Pujo ini bisa disebut mengikuti jurus ‘gila’ Pak Sururi untuk mengembangkan SIK di Ngawi.

Baca lebih lanjut

Upgrade Simpus

Gara-gara (atau berkat ya ?) merger Puskesmas di Sukoharjo, membuat Simpus mau tidak mau harus ditambah satu fungsi lagi, yaitu fungsi penggantian kode dasar. Sebenarnya prosesnya sangat mudah, bahkan dengan membuka data dasar, kemudian langsung mengganti kode dengan kode yang baru, kode yang baru akan langsung tersimpan. Hal yang sepertinya sederhana akan menjadi merepotkan, apabila data yang ada di tabel ‘slave’ yaitu tabel kunjungan, diagnosis, resep dan biaya sudah berisi data-data kunjungan pasien. Perubahan data dasar dapat membuat informasi yang ada di tabel slave menjadi berubah, karena data itu mengacu pada informasi dari isi tabel yang lama. Pada aplikasi database, beberapa database/database server termasuk Paradox yang saya gunakan untuk Simpus, sudah menyediakan fungsi otomatis. Fungsi atau prosedur atau fasilitas (maaf saya lupa, dah lama gak kuliah hehe…) kalau tidak salah disebut Constraint Integrity (ini di Visual DBase), bisa juga Referential Integrity. Mungkin salah mohon dibetulkan. Prosesnya gini, kalau misalnya data dasar kode petugas 01 dirubah menjadi 99, maka semua data petugas di tabel slave yang berisi data 01 akan diubah juga menjadi 99. Nah Simpus yang saya kembangkan dulu belum mempunyai atau memaksimalkan fungsi seperti itu (sudah lama pingin mbikin tapi belum sempat mrogram hehe…untung ada merger). Beberapa hal yang menjadi konsekwensi nya adalah :

  • Apabila Simpus sudah berisi data dasar, data dasar tidak boleh dirubah.
  • Apabila Data dasar sudah tidak dibutuhkan, maka data dasar tidak boleh dihapus. misalnya ada dokter PTT mendapat kode 05. Apabila dokter pindah, kode itu tidak dapat dipakai oleh orang lain.

Dengan update Simpus ini, masalah di atas dapat di atasi, tentunya belum semua pengkodean dasar dimungkinkan untuk berubah. Kode-kode yang sudah bisa dirubah antara lain :

  • Kode Petugas
  • Kode Obat
  • Kode Wilayah Kerja, baik Desa maupun Dusun/RW
  • Kode Lokasi Pemeriksaan
  • No Index Pasien.

Cara Penggantian kode sangat mudah, dengan menekan tombol Ganti Kode, kemudian mengisi kode yang baru, tekan Rubah Kode, maka semua akan langsung dirubah. Tinggal sosialisasikan penggantian kode ini kepada semua petugas Puskesmas.

Contoh mengganti kode wilayah

Contoh mengganti kode wilayah

Form Penggantian Kode

Form Penggantian Kode

Seperti biasa, silahkan untuk pengguna Simpus masuk ke mail upgradesimpus@yahoo.com, untuk kemudian mencari dan mendownload upgrade yang ada. Sudah tersedia Upgrade Simpus 9 kelompok umur dan 12 kelompok umur. Passwordnya, hubungi penulis hehe..

Selesai…

Team Simpus… Harus !!!

Sabtu, 31 Januari 2009, Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang mengadakan pelatihan untuk adminstrator jaringan komputer di puskesmas dan dinas kesehatan. Saya sungguh beruntung diundang untuk ikut pelatihan, bukan karena yang mengerjakan pekerjaan jaringan itu teman saya, Taufik, tapi karena memang saya masih o’on dalam hal jaringan. Jauh hari saya sudah wanti-wanti (mengingatkan) Taufik supaya kalau pas pelatihan saya diberitahu. Itung-itung belajar kursus jaringan gratis (hehe…), sekalian ketemu sama teman-teman pengelola Simpus se-Kabupaten Magelang. Sekedar pengantar, di Kabupaten Magelang tahun ini sudah terpasang 21 titik untuk menara wifi nya, dengan target tahun ini semua puskesmas bisa terpasang.

Pelatihan pengenalan jaringan wireless

Pelatihan pengenalan jaringan wireless

Peserta pelatihan, semua pengelola Simpus puskesmas di undang, kemudian dari dinas kesehatan juga diundang. Judul Pelatihan : ‘Pelatihan Jaringan Komputer DKK Magelang : Pengantar jaringan komputer, jaringan komputer wireless, pengenalan mikrotik, dan pengecekan dan penanganan gangguan‘. Serem juga judulnya buat orang yang masih awam. Materi yang diberikan antara lain :

  1. Network Device
  2. Pengalamatan
  3. Routing dan Gateway
  4. Setting IP
  5. Tentang Mikrotik
  6. Konfigurasi Jaringan DKK-Puskesmas
  7. Pengecekan Gangguan
  8. Netmeeting
  9. Monitoring Jaringan

Semua materi sangat pas dan sesuai dengan kebutuhan pengelolaan jaringan wireless di Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang.

Singkat cerita, pelatihan berlangsung selama beberapa jam, dan saya kebetulan juga mendapat kesempatan ‘jatah‘ untuk sedikit berkomentar di pertengahan acara. Di depan pengelola saya mencoba bertanya kepada peserta apakah diantara mereka sudah dapat menangkap materi pelatihan. Sungguh jawaban yang bisa ditebak hehe… sebagian besar mereka yakin begitu pulang mereka bakal lupa materi. “Gak nyanthol kabeh mas…!!!”. Jelas tidak mungkin memasukkan materi sebanyak dan sedetail itu dalam satu kali pelatihan.

Peserta Ibu-ibu, ada yang serius, ada yang sms an, ada yang merenung, dan ada yang asyik mencari snack hehe...

Peserta Ibu-ibu, ada yang serius, ada yang sms an, ada yang merenung, dan ada yang asyik mencari snack hehe...

Memang dari awal pelatihan saya sudah mulai melihat beberapa peserta menjadi senyum-senyum sendiri, dan saya sangat hapal dengan senyum ketidaktahuan itu hehe… Sempat saya sms Taufik yang lagi sakit demam di Jogja. Saya tulis kalau pelatihan kurang efektif dan kurang pas. Dan ternyata memang dari beliau mengatakan, yang paling penting dari pelatihan ini (saat itu) adalah supaya para pengelola mulai mengenal teknologi yang terbilang baru di puskesmas ini.

Peserta bapak-bapak..

Peserta bapak-bapak..

Saya sendiri, menilai pelatihan yang diberikan Mas Gunawan M Fajar, Mas Ari Sujarwo, dan Mas Sofyan Wijaya, sangat enak untuk diikuti. Materinya runtut, teratur, dan mudah dipahami untuk orang yang sudah mempunyai pengalaman dengan komputerisasi dan jaringan. Sayangnya sebagian besar peserta yang datang kemarin benar-benar awam dalam teknologi jaringan. Beberapa memang sudah menguasai jaringan komputer sederhana, tapi lebih banyak yang menguasai sekedar mengolah Simpus dan membuat copy data untuk dikirim ke puskesmas. Apalagi peserta ibu-ibu dan mbak-mbak, lebih banyak senyum-senyum karena benar-benar tidak bisa sepenuhnya menangkap materi. Kebanyakan dari peserta memang menguasai komputer sampai tingkat operasional program kantoran semacam Excel dan Word.

Langsung mencoba di laptop peserta

Langsung mencoba di laptop peserta

Alhasil, materi yang sudah sedemikian bagus itu sepertinya ‘tumpah’ kembali hehe… beruntung modul pegangan sudah cukup untuk belajar di puskesmas kalau lupa isi pelatihan.

Dari situlah saya bisa memberikan masukkan ke dinas kesehatan, bahwa kita tidak bisa menggantungkan peranan administrator jaringan, paling tidak pada tahap awal ini, pada para pengelola Simpus puskesmas. Yang jelas :

  1. Harus dibentuk satu team dari dinas kesehatan, baik yang menangani hardware, ataupun yang menangani software.
  2. Usulan lain yang juga dipertimbangkan, pelatihan harus dilakukan lagi dengan lebih intensif, ke masing-masing wilayah ex karesidenan di Magelang, lengkap dengan praktek di lapangan sehingga peserta bisa benar-benar menguasai peran sebagai administrator jaringan.
  3. Diadakan pertemuan rutin atau supervisi rutin untuk menjaga kelangsungan sistem yang telah dan akan dikembangkan.

Saya jadi teringat peranan seorang staf dinas kesehatan kabupaten tetangga, Wonosobo. Namanya **** (saya belum minta ijin beliau untuk menulis namanya disini). Beliau sangat aktif mendukung dan memelihara jaringan wireless yang ada disana. Bahkan kalau perlu sampai naik-naik ke puncak menara untuk membenahi kalau ada kerusakan di perangkat wifi. Dan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang pasti butuh orang seperti beliau, untuk saat ini.

Pulang dari pelatihan, saya membayangkan, betapa sia-sianya kalau apa yang sudah direncanakan , disiapkan, disediakan, dan dikenalkan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang nanti tidak bisa berjalan seperti yang diharapkan. Saya sudah menemui beberapa dinas kesehatan daerah lain yang akhirnya tidak bisa menjalankan sistem yang dibangun hanya karena kurang persiapan, kurang perencanaan, kurang pengorganisasian dan yang jelas kurang jelas manajemen operasionalnya. Beberapa diantaranya bahkan saya temui hanya sukses sampai tahap pengadaan 😦