Hasil jalan-jalan dan pengamatan beberapa waktu terakhir ke daerah yang melakukan proyek Towerisasi puskesmas, saya menemukan hal yang sungguh memprihatinkan. Banyaknya pengadaan tower tanpa didahului pengembangan dan persiapan sistem yang mapan di puskesmas, membuat tower-tower itu akhirnya gak bermanfaat sama sekali, bahkan di beberapa puskesmas cenderung membahayakan lingkungan sekitar. Pemasangan yang tidak sesuai teknis, membuat tower itu membuat genteng bocor, ‘ngembruki’ (bahasa Indonesianya apa ya ? yakkk ketemu.. menimpa…) puskesmas, mbikin kabel listrik putus, dan tidak ketinggalan membuat deg-degan pegawai puskesmas karena terlihat memprihatinkan kualitas dari pemasangan tower itu.
Nah dalam perjalanan pulang dari acara pamitan ke Pekalongan, sengaja saya mampir ke Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo, untuk bertemu teman lama saya, Pak Wajiran. Beliaulah yang bersama-sama team SIK Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo saya perhatikan cukup peduli dengan tower-tower yang sudah terpasang. Saya terus terang pingin melihat bagaimana DKK Wonosobo mengoptimalkan infrastruktur yang sudah terpasang dengan biaya yang cukup mahal itu.
Sekedar gambaran, Wonosobo adalah daerah yang bergunung-gunung, dengan beberapa puskesmas berjarak puluhan kilometer dari dinas kesehatan. Ketika ikut survey pertama kali pengembangan Simpus Wonosobo (untuk Simpusnya mengimplementasikan Simpus team Pak Anis, UGM), saya dengan penuh semangat ikut ke daerah yang cukup terpencil, antara lain Kaliwiro, Kalibawang, dan juga daerah yang cukup jauh, sekitar 40 km dari kota yaitu daerah Wadaslintang. Jadi secara geografis, cukup banyak kesulitan yang harus dihadapi DKK Wonosobo untuk pemasangan jaringan ini.
Setelah terpasang, ini yang membuat saya salut, Dinas Kesehatan tidaklah meninggalkan begitu saja apa yang telah terpasang, tetapi sekarang membentuk satu team yang memang bertugas mengelola dan (ini yang susah !!! ) memelihara jaringan yang ada. Saya jadi ingat ketika pertama dulu Pak Wajiran sering cerita harus naik turun menara untuk membetulkan jaringan. Juga ketika harus keliling untuk update program di puskesmas yang berjumlah 22.

Mas Danu... itu yang cowok. Beliau staf SIK Wonosobo, jago hardware. Yang satunya belum kenal... lupa... hehe.
Saat ini, team SIK telah mempunyai ruang tersendiri, team tersendiri, juga team yang saya lihat bisa responsif terhadap permasalahan yang terjadi di puskesmas. Ketika saya mampir sore hari, Pak Wajiran yang saat itu masih ditemani Mas Danu, menunjukkan satu komputer dari puskesmas yang sedang rusak dan harus dibenahi. (Hal yang mirip saya temukan di Sukoharjo, ada team yang segera memenuhi panggilan tugas untuk kerusakan di puskesmas). Bahkan menurut Pak Wajiran, tower-tower itu juga dipakai untuk pengiriman data untuk keperluan kependudukan. Dua jempol untuk suatu daerah yang bisa mengkoordinasikan dan mengoptimalkan hal seperti ini. Jadi inget kisah dua tower kembar hehehe…

Ruangan server Wonosobo. Jangan pandang ketidakrapiannya hehe (sori pak), tapi yang berfungsi, daripada rapi tapi gak ada data lewat...
Melihat betapa yang sudah ada bisa bermanfaat, sungguh saya bermimpi bisa menemukan hal yang sama di daerah lain yang saya lewati. Saya hanya bisa ngiri, ketika melihat team-team seperti itu sudah bisa berjalan dan di Purworejo, Ngawi, Wonosobo atau Sukoharjo. (O iya, untuk catatan, Sukoharjo belum mendirikan tower, tetapi tim SIK nya sudah cukup aktif) . Saya kemudian membandingkan dengan yang terjadi di beberapa daerah. Setelah pengadaan selesai, tower-tower itu bener-bener tidak berguna. Mungkin berguna untuk menurunkan SPJ ya hehehe… tidak ada sama sekali unit atau seksi yang mengurusi, pejabat yang kemudian pindah juga tidak memberikan arahan, pejabat baru yang menerima juga bingung itu tower buat apa. Di daerah lain saya temukan hal yang cukup lumayan, sebulan bisa untuk internet puskesmas, setelah itu, wassalam… Atau daerah lain yang bahkan dengan gegap gempita mengadakan Simpus Online, tapi hasilnya nol besar.

Puas ngobrol dan menimba pengalaman Wonosobo, bersiap pulang, tidak lupa nampang di depan ruangan SIK. Mudah-mudahan besok bisa ada banyak daerah lain menengok team ini.
Sangat memprihatinkan bagi saya yang terbiasa berkeliling puskesmas dan bertemu dengan staf-staf di sana. Saya membayangkan betapa institusi mereka, puskesmas, seolah-olah hanya jadi tameng nama untuk pengembangan sistem yang sama sekali tidak (atau belum !!!) bermanfaat buat mereka.
Yahhhh… mudah-mudahan saja balapan tower itu segera menemukan arah yang benar. Tidak sekedar buang-buang anggaran..
Filed under: Dinas Kesehatan, Perjalanan, Simpus | Tagged: DKK Wonosobo, pengembangan SIK, Simpus Online, tower online, Tower SIK |
jadi terharu melihat perjuangan teman-2 SIK Wonosobo
semangat terus Pak Wajiran dan Mas Danu, dan tim simpus yang lain
Mungkin ada saat dimana kita bisa bertemu dan saling bertukar ilmu dan pengetahuan.
Masih berjuang terus utk dapat berbuat lebih baik
Salut buat Pak Wajiran dan tim!
Salam kenal Pak..
hebat tenan ********* (edited)… pak Wajiran cs jg.. sipp… mudah2an Sukoharjo segera menyusul…….
salam kenal bu Nana, matur nuwun sudah mampir..
kalo menyusul buat tower keliatannya ga deh bu nana
masih perlu banyak yang kita benahi sebelum menginvestasikan modal segedhe itu…..
perlu perencanaan matang, bukan hanya aji mumpung
masalahnya juga, kita juga ga mau kerja tim SIK, harus naik turun tower.
kami hanya belajar dari teman SIK wonosobo yang memilih alternatif tower
kalo kita di sukoharjo, saya rasa belum optimal
masih banyak opsi lain………………..
ada usulan dan saran buat tim sik sukoharjo..??
usul dan saran : sabar … nanti waktunya tiba hehehe…
drpad buat tower, lebih irit diberi sppd untuk ngirim data ke DKK. kasihan yg naek turun tower yen ada trouble
sebenernya bukan irit atau gak irit, tapi bermanfaat ndak buat puskesmas, syukur2 untuk instansi sekitar.. kalau bener2 dioptimalkan manfaatnya juga banyak kok…
matur nuwun Bu Win dah mampir..
btw,Hi salam kenal, just blogwalking doang. main dong ke blog saya
http://blog.unsri.ac.id/kaskuserr/nais-inpo-gan/mrlist/1234/
http://blog.unsri.ac.id/kaskuserr/news/mrlist/1233/
dijamin KETAGIHAN …!!!! ^_^
salam
Slam kenal juga mas… terima kasih dah mampir… nanti saya langsung menuju TKP nya… 🙂
Matur nuwun dah mampir manado, khususnya dah mampir di puskesmas bahu. Makasih u pelatihan kilat bagi tim simpus kami. Mudah2n slrh pkm di mdo pake simpusx m’jojok n pastikan kita sarapan tinutuan dan ke bunaken 2010 nanti. Salam sukses luar biasa.
wah.. saya yang sangat berterima kasih dah ke Manado pak, kalau gak kesana sampai sekarang belum ngrasain bubur manado hehe…merepotkan bapak terus kemarin…
Bunaken tahun depan mudah2an bisa kesana full team… 🙂
gini lho, kalau mau jadi software developer Simpus ********* (*sambil nunjuk ke Jojok*)
Di tempat kami juga ada tower semacam itu. Tapi sama tak bergunanya. Katanya pake teknologi canggih. Nyatanya teknologi 12 tahun lalu. Apa gunanya untuk jaman sekarang ? Katanya untuk mempercepat pengiriman data, tapi caranya mirip sms-an. Gimana mo kirim laporan ?
Sungguh mengenaskan ! ****** ***** mo memajukan IT Puskesmas, tapi kok ngasi IT yang sudah basi ?
Memang pak, untuk memajukan IT, ada banyak variabel yang harus di benahi selain hanya dengan memajang tower itu. Dan usaha memasang tower itu pun tidak selalu menjadi awal yang baik untuk ke arah sana.. celakanya langkah-langkah itu banyak dipengaruhi faktor-faktor non teknis yang lebih dominan.
Ada misalnya di beberapa daerah ada yang dipaksakan untuk pemasangan, padahal dari Kadinkes sendiri sudah menyampaikan program yang lebih masuk akal. Biasa, keinginan untuk ‘mroyek’ lebih besar daripada niat membangun IT… dan tidak selalu dari pihak dinas kesehatan yang berinisiatif untuk itu.
Ada juga memasang tower tanpa tahu kemampuan puskesmas dan dinas, sekedar pingin setelah melongok daerah lain, seperti Purworejo atau Ngawi, atau Wonosobo. Saya pernah bertemu daerah masih di tempat studi banding saja dah langsung sibuk membuat perkiraan anggaran hehe…
Di wonosobo udah berapa banyak tower yg telah didirikan mas??
Sayang juga kalau melihat rekan sekelas saya yaitu Pak Wajiran manjat tower segala…. 😦
Kalau memang tower ini gk ada fungsinya koq dulu didirikan toh ama pemda?? Apa ada terjadi kesalahan teknis dalam menentukan kebijakan dan menentukan prioritas masalah yg sedang dihadapi oleh Dinkes Wonosobo????
Piye iki toh…. puyeng diriku mas jojok….
kalau di Wonosobo kalau ndak salah sekitar 23 tower, plus beberapa repeater. Tapi kalau Pak Wajiran sekarang sudah gak naik tower kok, lha itu, sudah bergaya eksekutif fotonya haha…
tentang kenapa tower didirikan, biasalah, banyak kepentingan biasanya disana. Kalau Dinkes Wonosobo towernya jalan kok hehe… dalam artian jaringan itu dilewati data. Di daerah lain saya tahu ada yg blas gak pernah dilewati data…
Sayapun sudah lama gk ketemu sama pak wajiran di kampus…. ntar dech tak tanya2 lg sama bos wajiran…. 😀
Mas jojok iki masih senang mnjelajah dengan motor Yamaha Scorpionya…. cocok utk mendaki karena tarikannya kuencengggg…. ada rencana beralih ke motor TRELLLL????
wahhh… kalau scorpio sih saya dah sehati boss hehe.. tenaganya mantap, tarikan kuat, postur saya jg cocok, buat jalan jauh enak… satu yang paling nyebeli, shock belakang ambles hehe…
nah karena dah cocok, males kalau mau ganti ke trail.. paling nanti kalau ada pengganti yang cc nya lebih gedhe baru ganti motor baru..
kita juga udah mulai bangun tower mas, gak tahu kapan selesainya……
Semoga membawa manfaat bu 🙂
silahkan kapan2 main ke Magelang Selatan, sapa tau bisa mampir Borobudur atau Ketep Pass…
yang utama adalah software tempat minimpan data dan pengolahan data. puskesmas sebagai sumber data, entry data. tapi ternyata softwarenya tidak bisa mengeluarkan laporan sesuai dengan yang diharapkan, gmn puskesmas bisa mengevaluasi kinerjanya ??? apa gunanya teknologi ???
Secara prinsipil, memang Simpus saya agak melawan arus pak, saya tidak ingin selalu mengikuti format2 pelaporan yang ada, tapi bisa membantu untuk menyediakan rekap yang diperlukan, sejauh variabel yang digunakan untuk pelaporan itu dipenuhi dalam entry data.
Guna teknologi ? idealnya untuk membantu pekerjaan supaya lebih mudah 🙂
data sudah terentry, lengkap sesuai dengan indikator/variabel yang ditentukan. giliran ingin mengeluarkan rekapan, tidak bisa ??? sia-sia sudah kerja kami selama ini ??? repot -repot entry data, giliran mau menggunakan hasil rekapannya tidak bisa (karena software simpus yang ada di******** tidak bisa mengeluarkan rekapannya : lb1, dll). dengan ini apa gunanya teknologi dibuat ??? proyek ???
sabar saja mas, pasti nanti keluar kok, tinggal nunggu waktu nya di upgrade Simpusnya… 🙂
salam kenal pak raharjo
pak raharjo rajin betul jalan jalan ya…
pak moko apakah aplikasi yang ada di tempat bapak memang tidak bisa mengeluarkan laporan ataukah memang ketidak tahuan cara mengeluarkan laporan saja pak?. karena biasanya menurut pengalaman team kami di RS di saat implementasi software hanya digunakan waktu pelatihan. pernah saya dan team ke suatu RS swasta yang menggunakan software kami coba kami datangi 1 bulan pasca implementasi ternyata sama sekali software itu tidak pernah digunakan tetapi bagian IT nya disana rajin sekali mencari software ini kurangnya ini kurangnya itu tetapi setelah kita klarifikasi ternyata karena pihak RS sendiri tidak tahu Business prosess yang harus dijalankan dengan software tersebut. Sehingga ketika datang bermaksud untuk mengevaluasi sama sekali tidak ada data yang masuk yang bisa kita analisis kesalahan/kekurangan aplikasi ini disisi mana yang ada adalah kesimpulan dari RS tsb bahwa software ini tidak bisa jalan..
akan tetapi kalau memang tidak tersedianya modul untuk mengeluarkan laporan seperti pak moko keluhkan mungkin bisa di komunikasikan dengan pihak terkait dinas kesehatan mungkin?.. atau bisa juga dengan melihat puskesmas yang lain di sana yang menggunakan aplikasi yang sama. apakah mereka jalan atau tidak kalau ada yang bisa jalan dengan aplikasi yang sama kenapa di tempat pak moko tidak bisa jalan mungkin perlu evaluasi juga
yang selalu saya tekankan pada client-client saya di awal implementasi adalah “Mau Tidak Menggunakan Aplikasi ini? kalau tidak mau silahkan kemukakan dan jangan gunakan aplikasi ini. kalau mau silahkan coba dan gunakan mulai sekarang”
saya salut buat pak raharjo ini yang keliling indonesia untuk “ngapeli ibu ibu bidan” 😀
beginilah kalau mau jadi pengembang sekaligus implementator..
salam
Salam kenal juga pak Joan…
terima kasih untuk tambahan masukkan dan informasinya. memang satu sistem itu bisa terkait dengan banyak variabel, nah mana yang masih menjadi kendala memang itu yang harus dibenahi..
di atas semuanya, pembenahan dan evaluasi yang terus menerus adalah kunci berlangsungnya suatu sistem yang ideal… 🙂
o iya, saya belum keliling Indonesia kok pak, baru beberapa daerah, mudah2an saja besok bisa ke semua daerah dan propinsi, nglirik bu bidan dan bu dokter maksudnya hehe…