dr. Adhi, dari Puskesmas Selogiri, Wonogiri, rajin sekali…

Utang cap stempel untuk DKK Wonogiri memaksa saya kembali ke Wonogiri. Biasa, masalah administrasi meskipun keliatannya sepele kadang bisa jadi masalah besar. Istirahat semalam setelah hari Kamis-Jumat jalan-jalan ke Grobogan dan Demak, Sabtu pagi 17 Januari 2009 saya pun berangkat lagi ke Wonogiri. Sungguh kebetulan sehari sebelum berangkat, dr. Adhi Dharma, salah satu dokter di Wonogiri menelpon untuk konfirmasi masalah Simpus KIA yang baru saja beliau coba. Kebetulan lagi sudah lama saya berniat ketemu beliau untuk belajar tentang masalah-masalah teknis non teknis yang berkaitan dengan Simpus. Sekarang, dr. Adhi adalah Kepala Puskesmas di Puskesmas Selogiri.

Puskesmas Selogiri dari depan

Puskesmas Selogiri dari depan

Letak Puskesmas Selogiri sedikit agak masuk dari jalan raya Solo-Wonogiri. Bagi anda yang kebetulan mau ke Wonogiri dari arah Solo, pasti akan menemui Kecamatan Selogiri, menjelang masuk kota Wonogiri. Di pinggir jalan terdapat bangunan mirip candi. Dari bangunan itu masuk ke arah kanan kurang lebih 500 m, anda sudah bertemu dengan bangunan puskesmas.

Pojok pelayanan informasi dan kasir di Puskesmas Selogiri

Pojok pelayanan informasi dan kasir di Puskesmas Selogiri

Saya kenal dr. Adhi Dharma beberapa tahun yang lalu, ketika beliau masih bertugas di Puskesmas Wonogiri II. Puskesmas Wonogiri II yang pertama kali mengimplementasikan Simpus di Wonogiri. Kesan pertama, saya kagum karena beliau dokter, muda, sigap, sibuk tapi sangat rajin utak atik komputer. Rasa pingin tahunya sangat besar terhadap Simpus yang saya kembangkan. Kalau tidak salah beliau sampai minta source code yang saya buat hehe. Di awal saya mengembangkan Simpus, dr. Adhi salah satu dokter yang paling banyak kontak dan bertanya tentang program aplikasi puskesmas ini. Mungkin itu salah satu akibat hobi beliau yang suka naik gunung (apa hubungannya ya ? hehe…)

Gaya dr. Adhi Dharma kalau sedang telepon hehe..

Gaya dr. Adhi Dharma kalau sedang telepon hehe..

Selain itu dari hasil buka-buka Simpus dan melihat cara implementasinya yang single user, beliau lah yang kemudian menyarankan untuk membuat Simpus Bantu alias Simpustu supaya Loket dan juga staf puskesmas lain bisa bersama-sama melakukan entry data. Dan dengan Simpustu inilah ratusan puskemas pengguna Simpus bisa ikut merasakan kemudahan implementasi Simpus(nya Jojok). Dari awal pula beliau termasuk yang ‘mengejar-ngejar‘ saya supaya mengembangkan Simpus yang online di setiap ruangan. Hal yang baru bisa saya penuhi bersama team baru Simpus beberapa bulan terakhir ini.

Saya bisa bilang beliau rajin, karena sangat membantu dalam implementasi Simpus di seluruh Kabupaten Wonogiri. Dengan inisiatif sendiri beliau sering mengundang pelatihan pengelola Simpus untuk lebih mengoptimalkan penggunaan Simpus di seluruh puskesmas. Misalnya dengan mengajari bagaimana mengeluarkan data-data penting, membuat grafik-grafik penting, menangkap tampilan untuk kemudian dijadikan profil puskesmas, bahkan sampai tahap mengkonversi data yang ada dalam Simpus untuk kemudian diolah dengan menggunakan Ms Access ataupun MS Excel. Sungguh saya merasa sangat terbantu oleh beliau. Dr. Adhi pula yang sering pula mengingatkan kalau ada beberapa bugs atau kesalahan yang muncul dari Simpus. Bahkan saking rajinnya, beliau membuat sendiri pemetaan untuk puskesmas Selogiri, tanpa perlu pesan ke programernya hehe. Dan hasilnya, jujur saja lebih enak dilihat daripada saya yang membuat. (tidak saya sarankan yang lain mengikuti yang ini…).

Contoh lain kerajinan beliau, ketika kemarin saya sowan ke puskesmas, beliau sedang asyik membuat alternatif entry data untuk modul KIA yang saya buat. Menurut pak Adhi seharusnya ada model entry data dan juga variabel-variabel yang bisa ditambahkan. Beliau mencoba membuat dengan MS Excel yang sekarang lumayan dikuasai banyak bidan desa. Dan saya pun dengan senang hati menerima masukkan baru ini. Itung-itung ada tambahan konsultan ahli, free lagi hehehe…

Di Puskesmas Selogiri, Simpus sudah berjalan dengan lancar. Petugas loket, menurut dr. Adhi, sudah sampai tahap ketergantungan terhadap Simpustu. Listrik mati dan komputer bermasalah sudah bisa membuat petugas nggedumel karena terganggu pekerjaanya. O iya, beliau juga membuat Tim Simpus tingkat puskesmas, yang bertugas mengimplementasikan dan menjalankan Simpus. Contoh format Surat Keputusan tentang Team Simpus akan saya upload kan di kotak biru sebelah kanan bawah setelah mendapat ijin dari beliau.

Loket Puskesmas Selogiri

Loket Puskesmas Selogiri

Satu hal yang berkesan buat saya. Setelah dulu saya bertemu dan ngobrol dengan beliau beberapa kali, setelah melihat etos kerja dan semangat beliau di puskesmas, entah kenapa saya sudah mempunyai keyakinan, ramalan dan feeling (niru Mamah Lorenz boleh toh hehe..untuk ramalan yang lain silahkan ketik reg mama … ) bahwa satu saat pasti beliau bakal mendapat gelar dokter teladan. Entah waktu itu saya yakin seyakin-yakinnya. Eh tak tahunya tahun kemarin benar-benar feeling saya terjadi. Beliau terpilih menjadi dokter teladan 2008 untuk Propinsi Jawa Tengah. Laptop hadiah dari Bu Menteri pun didapat. (Semoga Bu Menteri juga tahu kalau engsel laptop saya patah hehe…)

Laptop dari Bu Menteri.

Laptop dari Bu Menteri.

O iya, sekedar informasi supaya tidak salah tafsir. Beliau jadi dokter teladan bukan karena Simpus. Meskipun saya berharap hal itu diteladani oleh dokter dan kepala puskesmas yang lain (hehehe…numpang promo boleh dongggg…). Kalau tidak salah kriteria penilaian dokter teladan itu sangat banyak. Tentunya juga berdasarkan kinerja pelaksanaan program-program yang ada di puskesmas. Ada beberapa program yang telah dilakukan beliau selama menjadi Kepala Puskesmas, tapi sebenarnya akan sangat-sangat lebih tepat banget sekali, kalau beliau sendiri yang menceritakan sendiri program-program unggulan Puskesmas Selogiri melalui blog yang (sayangnya) beliau belum punya. Sayang sekali ya, Pak Dokter rajin komputer dan pinter internet yang satu ini kok ya belum punya blog… (Monggo pak, jangan ketinggalan sama dokter dan puskesmas yang lain). Laptop dari bu Menteri bisa lebih dimanfaatkan… Saya yakin seyakin-yakinnya untuk membuat blog beliau tidak perlu mengundang saya.