Kalau bercerita tentang Simpus yang saya kembangkan, saya tidak bisa melepaskan diri dari Puskesmas Salam, Kabupaten Magelang, serta beberapa sosok lain yang begitu dalam terlibat dalam setiap langkah dan setiap arah Simpus.
Sedikit mundur beberapa tahun, pertama saya mulai kenal dan belajar soal sistem informasi puskesmas ke puskesmas Salam sekitar tahun pertengahan tahun 2000, waktu itu saya diajak oleh Prof. Hari Kusnanto (beliau sekarang ketua minat Simkes IKM FK UGM). Pada kunjungan saat itu, kami ingin melihat dan berdiskusi masalah program safe motherhood dan kemungkinan pembuatan program aplikasinya (ternyata saat ini saya mengembangkan juga Simpus KIA, dikit-dikit juga ada hubungannya sama program safe motherhood). Saat itulah pertama kali saya berkenalan dengan dr. Kristiani, SU, kepala puskesmas Salam. Beliau mengajak berkeliling melihat puskesmas yang (waktu itu agak) kecil tapi pasiennya sangat banyak. Ditunjukkan bagaimana data-data di puskesmas Salam di dapat, dikumpulkan dan kemudian di olah dengan menggunakan komputer. Pengolahan data menggunakan program dBase, dengan program buatan sendiri, masih under DOS, yang dibuat oleh Pak Bambang. Hasil pengolahan pak Bambang secara rutin dianalisa, kemudian di lakukan proses diseminasi data (hehe.. jujur saya belum tahu arti pas nya, cuma pas presentasi beberapa waktu yang lalu saya menggunakan istilah ini :D, maklum slide nya pinjeman). Beberapa program dan kebijakan di Puskesmas Salam sudah mengacu pada data-data yang ada. O iya… Pak Bambang inilah yang nantinya banyak memberikan masukkan untuk Simpus Rawat Jalan.
Pertemuan berikutnya dengan dr. Kristiani di Laboratorium Statistika & Komputer IKM FK UGM sekitar tahun awal 2001. Beliau sedang mencari Mas Agus Setyanto Admaja, Manajer Operasional Lab. Komputer untuk membahas pengolahan data. Waktu itu beliau mencetuskan ide untuk mengembangkan satu software khusus puskesmas, dengan harapan puskesmas bisa mengelola data-data yang ada. Pesan beliau waktu itu cukup singkat ‘Mas Jojok tolong bikin program puskesmas yang mudah dipake staf, gampang diliat hasilnya dan … murah bagi puskesmas’. Hehe… pesan terakhir yang sangat ditekankan dan berat, maklum yang jadi angan-angan di benak saya saat itu adalah menjadi programer dengan bayaran sekian juta per bulan. Kalau bisa sih bayaran Jakarta biaya hidup di desa. Kemudian beliau juga banyak bercerita tentang kiriman software-software dari beberapa instansi yang akhirnya entah berakhir dimana. Entah wangsit apa yang membuat saya tidak berpikir panjang untuk segera menerima ajakan beliau.
Ketika pertama kali mulai mengembangkan Simpus, hampir tiap beberapa hari sekali saya ke puskesmas Salam. Konsultasi dengan pak Bambang, dengan bu Kris, dengan beberapa staf, termasuk untuk mencari tahu bagaimana supaya Simpus nanti bisa benar-benar mudah dipake dan gampang diliat hasilnya. Bu Kris dari dulu selalu mengingatkan “Anggap stafku tahunya cuma nggeser mouse, klik, terus data keluar… “. Dan untuk membuat hal seperti itu menjadi nyata, Pak Bambang sangat besar kontribusinya. Pengalaman beliau mengembangkan program dBase memudahkan saya untuk mendesain ulang database dan tampilan antar muka yang dibutuhkan. Hampir 3-4 bulan lamanya saya membuat program Simpus yang pertama, sebelum kemudian melakukan uji coba di Salam, mencari tahu bagaimana format alur data yang paling mudah, sampai akhirnya “dianggap” Simpus Rawat Jalan siap untuk di implementasikan di puskesmas-puskesmas. Butuh waktu hampir 8 bulan sebelum akhirnya semua puskesmas di Kabupaten Magelang menggunakan Simpus, disusul Kabupaten Kulon Progro, Boyolali dan seterusnya.. Dalam perjalanannya, banyak dokter dan staf puskesmas ikut memberikan andil dalam kelengkapan informasi yang bisa diberikan oleh perangkat lunak ini ke penggunanya. Misalnya dr. Adhi Dharma dari Wonogiri, beliau lah yang getol mengejar saya untuk membuat Simpustu supaya lebih banyak staf puskesmas bisa memasukkan data secara berbarengan, serta bisa diaplikasikan di loket pendaftaran. Atau dr. Agus Probolinggo, beberapa masukkan nya juga sangat berharga. Beberapa staf puskesmas dari berbagai daerahpun ikut memberikan saran sehingga Simpus/Simpustu bisa lebih maksimal untuk puskesmas.
Model pengembangan Simpus agak lain dari pengembang lain yang ada saat itu. Simpus dikembangkan secara berkelanjutan, bukan proyek yang mengacu ke termin waktu pelaksanaan kerja. Selain itu sistem pengadaannya juga jual-beli. Pertimbangannya sederhana saja, dengan jual beli, ada rasa beban moral di pihak penjual, bahwa pembeli mempercayai produk kita, sehingga ada rasa tanggung jawab untuk selalu memberikan yang terbaik. Pihak pembeli pun merasa mempunyai hak dan lebih mudah untuk memberi masukkan supaya Simpus bisa lebih baik lagi. Nah efek sampingnya, kalau Simpus lebih baik, mudah-mudahan lebih laku hehe…
Berbagai masukkan dari daerah-daerah dan puskesmas-puskesmas pengguna Simpus secara tidak langsung membuat Simpus lebih lengkap. Dan semua pengguna Simpus bebas untuk mengupgrade lagi Simpus terbaru. Intinya, ada kerjasama saling menguntungkan antar pengguna Simpus. Saya ingin Simpus adalah hasil pemikiran bersama antar puskesmas.
Dalam beberapa bulan terakhir, bisa dikatakan Simpus Rawat Jalan sudah cukup stabil untuk berjalan di puskesmas, sehingga saya memandang sudah waktunya untuk mengembangkan modul-modul lain untuk kebutuhan program Puskesmas.
Majulah SIMPUS di negeri ini….biar kesehatan rakyat (orang kecil ???) bisa membaik.
Yang dulu saya pengen tahu, adakah teman2 di Puskesmas bisa berkinerja lebih tajam pada pemecahan masalah di kesmas setelah mendapat dukungan data seperti paket program SIMPUS begini.
Biar bisa dibandingkan dan dikatakan bahwa memang puskesmas punya kelemahan disitu…bukan sekadar selesai membuat LAPORAN.
Hayo majuuu.
pasti ada pak, syaratnya kapus harus senang data dan utak atik informasi… 🙂
[…] aspek teknis basis data, hingga aspek non-teknis kesulitan di lapangan. Mas Jojok menceritakan sejarah asal mula pengembangan Simpus Jojok (saya sebagai anggota tim yang baru setahun terakhir bergabung, ikutan mendengarkan saja, meski […]
Saya adalah penggemar data dan senang mengotak atik data yang
akhirya bisa untuk referensi2 bagi pkl-pkl yg sering ditempat kami &
bisa utk diakses data tersebut bagi keperluan penelitian untuk S2 maupun S3
Tapi secara PROGRAMER tehnologi simpus sy kurang memahami cara kerja untuk menjadikan data bisa terakses dg kekurangannya sy tersebut membuat data
kurang bisa cepat terakses untung sy py kakak namanya mas bambang yg bisa sy diskusikan ttg hal tsb (mas jojok sdh kenal ) yg achirnya bisa sy akse dg cepat
padahal ditempat sy sdh bersimpus masih banyak kendala.Mungkin mas jojok bisa solve pada sy.Dan sy ucapkan matur nuwun.
Dg adanya simpus sy sangat mendukung sekali dan bravo simpus ….hanya secepatnya untuk memodifnya segra dan utk perhatian semua kalangan kesehatan agar di motifikasikan betapa pentingnya data yg akurat dan pasti.cepat tepat.
halo mbak…
wah gimana kabar pak Bambang.. saya masih utang kunjungan ke beliau dan install Simpus terbaru. 🙂
di puskesmas mana sekarang mbak ? SImpus nya sudah jalan juga toh kayaknya ? di jogja simpus Jojok baru masuk di Wirobrajan sama Umbulharjo I yang jalan lancar.. 🙂
top moga tambah sukses…..
amiennnnnn…
sekarang pake SIKDA GENERIK
Puskesmas Salam memakai Sikda Generik ?
sepertinya belum pak.
Salam kenal mas…saya bertugas di Puskesmas Raya Raya wilayah Kepri..saat ini kami sangat membutuhkan program seperti Simpus ini ..bisakah kami dikirimkan mas Simpus ini..mohon bantuannya nya .. terimakasih
sudah saya kirimkan email ke emailnya bu Fitriyani untuk pengantar awal. barangkali bisa dilanjut di sana.