Sekilas Foto : Pemanas Air Surya Puskesmas Grabag I

Seperti biasa, setiap kali berkeliling puskesmas saya sering menemukan hal yang unik, menarik, menggelitik… Baik hal yang positif, negatif, abu-abu, sampai hal yang bisa membuat saya tidak bisa berkomentar banyak.

Dalam perjalanan saya ke Puskesmas Grabag 1, Kabupaten Magelang, saya menemukan satu pemanfaatan sumber energi yang saya yakin bisa sangat berguna untuk puskesmas.

Puskesmas Grabag 1 terletak di kaki Gunung Merbabu sebelah utara, di sebelah timur dipagari Gunung Telomoyo,  berhawa cukup sejuk dengan air yang sangat berlimpah. Merupakan puskesmas generasi lama (ibu saya sering cerita kalau beberapa teman sekolah bidan dulu praktek kebidanan di puskesmas ini), Puskesmas Grabag I termasuk salah satu puskesmas dengan kunjungan yang cukup tinggi. Kepala Puskesmas saat ini adalah dr. Syukri.

Yang menarik, di halaman tengah puskesmas, terdapat satu instalasi pemanas air tenaga surya, yang telah lama terpasang, dan sampai hari ini masih bisa berfungsi dengan baik. Pengembangan teknologi tepat guna murah meriah bermanfaat ini dilakukan oleh Bappeda Jateng, Departeman Kesehatan dan Universitas Diponegoro (tahunnya saya gak tau hehe…).

Pemanas Air Surya tampak depan

Pemanas Air Surya tampak depan

Pemanas Air Surya

Pemanas Air Surya dari samping

Air hasil pemanasan, menurut Pak Gun, staf Simpus lama di sana, bisa mencapai 40 derajat Celcius. Lumayan segar untuk mandi sore pasien rawat inap. Dan sepertinya teknologi ini dapat dengan mudah ditiru oleh puskesmas lain yang juga butuh air hangat untuk kebutuhan sehari-hari.

40 derajat... mantap toh...

40 derajat... mantap toh...

Saya pun pingin niru kok…

Puskesmas Kartasura, memulai Simpus Web Based

Puasa, seperti yang saya tulis sebelumnya, Alhamdulillah tidak menghalangi team Simpus untuk tetap melayani puskesmas membenahi sistem informasi yang ada. Hari puasa pertama kemarin, saya sendirian ke Puskesmas Wonogiri II, pelatihan singkat dengan beberapa bidan desa, serta membenahi data Simpus, kemudian mampir ke RSUD Wonogiri, bertemu lagi dengan dua kenalan lama saya. Beliau-beliau adalah dr. Adhi Dharma, mantan Kepala Puskesmas Selogiri yang sekarang sudah pindah tugas di rumah sakit di bagian YanMed. Secara kebetulan dr. Adhi kembali bersama dalam satu institusi beserta mantan Kepala Puskesmas Wonogiri II, dr. Setyorini, yang dulu menjadi kepala puskesmas yang pertama kali mengundang saya untuk implementasi Simpus di Wonogiri. Beberapa tahun yang lalu, sebelum menjabat kepala puskesmas, dr. Adhi adalah dokter kedua di Puskesmas Wonogiri II. Sekarang, dr. Rini menjadi Kepala (atau Direktur ya ?) RSUD Wonogiri.

Tidak saya ceritakan perjalanan hari pertama ke Wonogiri (sssttt… belum deal ordernya hehe), yang akan saya ceritakan adalah sekedar cerita pendek di hari kedua untuk memulai satu langkah baru pengembangan Simpus di Kabupaten Sukoharjo, yaitu mulai memperkenalkan sistem Simpus Web Based di dua puskesmas yang terpilih yaitu Puskesmas Kartasura. Puskesmas lain yang rencananya bakal dikembangkan adalah Puskesmas Polokarto.

Simpus Web Based...telah terinstall..

Simpus Web Based...setelah terinstall dengan sukses..

Baca lebih lanjut

Puasa ?? Ayo tetap keliling…!

Alhamdulillah…

Tak terasa, tahun ini saya kembali bertemu dengan bulan Ramadhan. Setahun lewat semenjak Ramadhan terakhir tahun lalu saya menghabiskan separo bulan di Propinsi Riau dan Bengkulu. Tahun ini entah mau kemana, mengajari siapa, melatih berapa, berbuka dimana, dibangunin siapa yang jelas acara keliling puskesmas Insya Allah tidak akan tertunda karena ibadah puasa.

Ada kebahagian sendiri ketika saya bisa menunggu waktu berbuka sambil jalan-jalan menengok puskesmas. Itung-itung bisa nambah pahala dengan :

  • nginstall ulang Simpus
  • upgrade Simpus
  • ngilangin virus
  • upgrade anti virus
  • ngajari back up Simpus
  • ngajari copy file
  • ngajari pemeliharaan windows

Sungguh, pintu barokah menjadi terbuka lebar untuk setiap kegiatan yang kita lakukan. Semua yang kita bisa kita ajarkan mudah-mudahan menjadi ilmu yang bermanfaat. Untuk itu, jangan sia-siakan bulan ini.

Saya mengucapkan selamat menjalankan Ibadah Puasa untuk semua saudara-saudaraku, besok hari pertama puasa, untuk itu saya mohon maaf lahir batin apabila selama ini saya ada salah dan khilaf kepada semua…

Duh Gusti…

Dalam seminggu ini, hampir tiap hari saya melakukan perjalanan ke puskesmas seperti biasa. Ganti hari, ganti puskesmas, ganti pandangan hehe…

Dan salah satu pandangan terakhir yang saya temukan di suatu puskesmas nun jauh di salah satu daerah membuat saya harus menahan degup jantung dan mengelus dada. Petugas Simpus puskesmas sebelumnya meminta saya untuk datang dan membenahi setting jaringan antara loket dan komputer Simpus karena usai diinstall ulang. Dan ketika ada jadwal lowong, satu hari sayapun berangkat dengan motor tercinta.

Pagi jam 8.00, ketika saya datang, Mas X lagi sibuk di loket, puluhan pasien tampak berjejal antri di depan loket yang memang agak sempit. Setelah kulo nuwun, saya langsung maklum dengan kesibukan beliau.  Mas X memang juga langsung berkata, “Langsung saja mas Jojok ke komputer Simpus, maaf sibuk berat”.

Segera saja saya membenahi komputer Simpus yang kebetulan berada di ruang lain. Butuh beberapa saat untuk setting, sambil sesekali saya mampir ke loket. Mungkin karena gak bisa menemani, Mas X tampak gak enak sekali. Saya bolak balik berkata ke beliau,”Santai mas…”, toh saya cuma tukang servis komputer bukan pejabat yang harus didampingi hehe…

Selesai membenahi komputer Simpus, sekalian saya upgrade Simpus KIA yang ada di puskesmas itu, tentu tidak lupa juga sambil menyapa bu Bidan yang manis dengan senyum … (maksud saya, menyapa bu bidan sambil saya senyum manis …hehe… terulang lagi). Upgrade program, memberikan beberapa masukkan dan semangat untuk memasukkan data, diselingi kedatangan mbak yang cakep sales susu formula yang minta ijin untuk bagi-bagi susu pada ibu-ibu hamil, susu formula tentunya, Simpus KIA pun selesai dibenahi.

Kembali ke loket, saya liat nomer antrian sudah mencapai 130, dan di loket, hanya ada 3 orang petugas, dengan satu orang, yaitu Mas X,  menghadapi komputer Simpustu, sementara dua ibu tampak juga sibuk mencatat dan mencari rekam medis. Pelayanan masih sekitar angka 60 an.

Karena memang saya tidak ingin mengganggu pekerjaan loket, saya pun segera pamit pulang…

Nahhh… di situlah saya menemukan satu pandangan yang mendebarkan. Di bawah pohon, disudut halaman parkir, tampak dua orang sedang asyik bermain catur. Salah satu nya adalah orang luar (mungkin petugas parkir atau juga penjual makanan kecil) dan musuh nya yang asyik berpikir adalah bapak-bapak dengan menggunakan seragam pegawai negeri.

sekedar ilustrasi, bagaimana bermain catur memang mengasyikkan

sekedar ilustrasi, bagaimana bermain catur memang mengasyikkan

foto di atas juga saya temukan di puskesmas, hanya saja terjadi di salah satu puskesmas yang relatif sepi, pasien sedang kosong.

Saya tidak habis pikir, bagaimana bisa beliau dengan santainya bermain catur di jam kerja, sementara teman-temannya di dalam kerja keras di tunggu pasien yang berjubel di depan loket.

Saya jadi ingat Puskesmas Ngemplak I, Sleman. Disana saya kadang menemukan betapa mas-mas petugas parkir dengan segera membantu pendaftaran pasien kalau melihat antrian yang membludak.

Ketika saya pulang, saya hanya bisa berprasangka baik “Jok, itu bukan petugas puskesmas kok, itu pegawai kecamatan sebelah yang kebetulan sudah selesai semua pekerjaannya”.

ohhhh… iya juga ya ??

Sekilas Foto… Tower-towerku

Dalam sebuah perjalanan, seperti biasa saya iseng-iseng melihat kondisi satu puskesmas. Nah yang saya temukan di satu daerah ini mungkin bisa mewakili betapa ego sektoral dan carut marut proyek yang ada di negara kita lebih menonjol daripada koordinasi dan efisiensi anggaran.

Menara wifi kembar... semangat sekali membangun jaringan online

Menara wifi kembar... saking semangatnya membangun jaringan online

Ceritanya begini, daerah tersebut mengadakan proyek pengadaan jaringan online. Kebetulan yang bakal dipasang adalah dari dinas kesehatan, untuk jaringan Simpus Online.

Yang membuat saya mengelus dada, secara kebetulan kantor puskesmas dan kantor kecamatan hanya berbeda tembok. Kantor kecamatan sudah terpasang satu menara online untuk kependudukan. Dan herannya, ketika sudah tahu bahwa begitu dekat tower itu bakal berdampingan, ternyata dua proyek gak mau (atau tidak bisa?) untuk bekerja sama, paling tidak berbagi tower dan kemudian memindahkan salah satu tower ke puskesmas lain yang mungkin bisa lebih bermanfaat (asal jalan Simpusnya sih). Mungkin alasannya nanti bisa jadi temuan dari pemeriksa.

Jadilah, dua menara jaringan berdampingan mesra. Yang memprihatinkan, jaringan milik puskesmas yang baru, akan segera dirobohkan, maklum kondisinya bikin ngeri petugas-petugas puskesmas yang bersangkutan. Tanpa anti karat, kabel sling sudah ada yang putus, dan blassss… dari mulai didirikan sampai saat ini, satupun data Simpus belum ada yang terkirim ke dinas kesehatan.

Yahhh… itulah Indonesia, mudah-mudahan Sang Merah Putih itu tidak selamanya lesu berkibar.